Minggu, 29 Desember 2013

Petasan



Meledaklah dalam celanaku.
Hancurkan dinding waktu yang membatu di dalam mataku.

Dulu kau pernah datang membawakanku sekarung petasan
yang katamu kauangkat dari lumpur kenangan.

"Ini petasan kuangkat dari lumpur genangan yang
kau kuburkan dalam-dalam karena tak tahan
melihat peliknya kehidupan.
Memang agak sedikit basah tapi masih bisa dibakar asal dikeringkan."

Begitulah, petasan itu masih kusimpan dalam kamarku.
Pulanglah, aku ingin membakarnya bersamamu.

Desember 2013

Minggu, 22 Desember 2013

Perumpamaan Tentang Tugas


Maka inilah kataku kepadamu :
jikalau ada seorang petani yang harus menyemai benih padi
di sawahnya hingga habis benih
sedang baru saja mendapat sebuah suling bambu
dan sangat ingin memainkannya pada hari itu
manakah yang akan ia lakukan terlebih dahulu :

apakah dia akan memainkan suling itu sepanjang hari
lalu baru menyemai pada malam hari
sehingga ia jatuh tercebur ke sungai karena gelapnya hari
dan tak semua benihnya bisa tersemai,

atau akankah ia tuntaskan menyemai hingga habis benih
lalu baru memainkan sulingnya di sore hari
sambil bersama anak istri mendengar desah lembut aliran sungai
dan menikmati merah senja mengiringi matahari turun ke kaki langit?


Maka begitulah seharusnya anak adam tahu yang harus dia dahulukan
adalah apa yang ia butuhkan bukan apa yang ia inginkan.

November 2013

Kepada Kapal


bila bisa kuputar kembali waktu
penerimaan ini hanya untuk kamu
sebab hati sudah terlanjur kelabu
melihatmu dalam balutan gaun ungu
bukan untuk diriku

ibarat kapal jangkarmu sudah tertambat di pulau
sedang aku sampan ombak beku
mengembara tanpa tahu tuju

memang Tuhan sudah tentukan pulau
tapi siapa tahu nasib waktu?
mungkin karam sebelum berpeluk dengan cintaku

perahu mungilku
doakan aku
agar setelah terberai jangkarmu
(kalau)
tak kau temukanku terpaku
di dasar sawu

Oktober 2013