aku tidur di atas
bumi
bantalku batu
selimutku angin
kutemukan diriku
hanyut seiring
bergantinya musim
yang menjadi
ibu bagi setiap
rumput baru
makin tua bumi ini
bertambah pula
kelaziman manusia yang mendiami
doaku tersangkut
dedaunan
kasihNya membuatku
lupa diri
aku selalu berada
pada kaca yang sama
selalu bukan
wajahku yang terpantul di mata
melainkan topeng
yang semakin hari
makin menyelimuti
bagai kabut di
ruteng saat bulan juni
menutupi diriku
seutuhnya
namun penyair apa
aku ini
bila tak bisa
melihat pelangi di tengah hujan
maka sudah tugas
kami untuk menterjemahkan
setiap keluh kesah
angin
dan mendengarkan
jeritan roh yang dijajah daging
dalam sajak
ketemukan diriku sebenarnya
tanpa topeng, tanpa
kabut
sajak adalah jiwa
yang menyindiri dari dunia
sajak adalah kutuk
pada setiap laknat dunia
dengan sajak aku
berdoa
kabulkanlah doaku.